Desa Tanjung Mas, Desa Para Turis

  • Bagikan

DetikTimes, Banyuasin – Masih ingat dengan musibah jatuhnya pesawat Silk Air pada 19 Desember 1997 di Perairan Sungai Musi, Desa Tanjung Emas, Makarti Jaya, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan? Ternyata lokasi jatuhnya pesawat itu menyimpan potensi wisata. Bahkan bila dikembangkan dengan baik bisa menjadi desa wisata.

 

Alasannya, setiap tahun keluarga korban jatuhnya pesawat Silk Air selalu mengunjungi lokasi jatuhnya pesawat untuk berziarah, mengenang, serta tabur bunga atas tragedi tersebut. Hal itu pernah diungkapkan oleh masyarakat sekitar.

 

Kepala Desa Tanjung Mas mengungkapkan setiap tahun keluarga korban jatuhnya pesawat Silk Air di Sungai Musi wilayah hilir, selalu datang dan mayoritas berasal dari Singapura, Jepang dan Malaysia.

 

Berdasarkan data yang dihimpun DetikTimes, tragedi 1997 ini menelan korban jiwa hingga 104 orang termasuk kru pesawat Silk Air.

Pihak Pemdes Tanjung Mas selama ini selalu mendampingi para keluarga korban yang ingin berkunjung. Keluarga korban yang berkunjung di lokasi jatuhnya pesawat setiap bulan Desember itu mencapai 30 orang namun untuk setiap 10 tahunnya jumlahnya bisa mencapai 50 orang.

 

“Kami selaku Pemdes Tanjung Mas sangat senang jika setiap tahun nya ada turis datang, jadi desa kami ramai anak muda, orang tua, serta anak- anak yang mengabadikan momen bersama turis melalui foto, adapun asal turis asing itu datang nya dari. Jepang, Singapura dan malaysia,” ungkap Eko.

 

Menurut Kepala desa ini, belakangan kunjungan terus menurun, padahal potensi yang bisa dikembangkan jika dikemas dan dikelola dengan baik bisa jadi Desa Wisata Unggulan Desa Tanjung Mas.

Di sana juga ada Masjid Nur Syaibani, yang dibangun oleh keluarga korban pramugari Silk Air yang Muslim dan Masjid diberi nama pramugari tersebut. Pembangunan berasal dari dana asuransi tragedi Silk Air 1997.

 

Namun dikabarkan belakangan Masjid tersebut kurang terawat dan tidak terpelihara dengan baik hingga saat ini. Padahal jika dikembangkan bisa sebagai aset wisata karena berada di pinggir Sungai Musi yang panoramanya indah serta punya nilai historis.

 

“Coba bayangkan jika setiap bulan Desember ada event di lokasi tersebut yang dikemas dengan baik oleh Desa dan pemerintah daerah,” terangnya Eko.

 

Dia juga menambahkan sebelum ke lokasi pesawat jatuh, biasanya para keluarga korban Silk Air datang terlebih dahulu di pekuburan massal korban tragedi Silk Air di Kebun Bunga Palembang.

 

Untuk menuju lokasi harus menggunakan transportasi air seperti speedboat dengan menelusuri Sungai Musi kearah Sungsang. Waktu tempuh yang diperlukan sekitar 1,5 jam.

 

Jika terwujud ini bisa menjadi jalur wisata di Sungai Musi wilayah Banyuasin yang akan bermuara di Sembilang. Jalur ini diawali dengan Palembang, Upang Ceria (Desa Wisata Sejarah), Tanjung Mas (Wisata Peristiwa Silk Air), Sungsang (kuliner khas nelayan) dan Sembilang (Hutan Mangrove terluas).

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *