Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kota Bitung menilai wacana relokasi pasar Girian yang dikembangkan sejumlah pihak pasca kebakaran, adalah pemikiran kurang populer dan bukan solusi mengatasi persoalan pasar dan keamanannya.
Bahasa relokasi pasar Girian ke Pasar Sagerat, menurut pertimbangan APPSI, adalah prespektif cari gampang dan tidak memahami persoalan pasar girian dan pasar sagerat.
Hal ini dikemukakan Sekretaris Komisariat APPSI Pasar Girian Khalid Rahman, menanggapi pemberitaan soal Relokasi pasar Girian karena dinilai tidak kompetible dan memadai lagi..
Dia menjelaskan, pedagang pasar Girian jelas menolak wacana relokasi, karena kebakaran yang menimpa pasar swasta. Apalagi jika dihubungkan dengan wacana ke pasar sagerat,karena dinilai sepi. Begitupula soal penataan pasar, yang dinilai sebagian pihak bahwa pasar Girian sudah sangat amburadul.
Menurutnya, persoalan pedagang yang menggunakan jalan, jelas menyangkut penataan dan ketegasan pemerintah, terutama Perumda Pasar sebagai pengelola untuk menata Pasar.
Sejauh ini, amburadulnya situasi pasar karena konsep penataan Perumda sebagai pengelola yang tidak jelas.
Harusnya lanjut Khalid, Perumda dan Pemerintah mengkonsepkan lokasi Cluster, sebagai bagian dari penempatan pedagang berdasarkan kategori usaha. Sebab. dengan demikian maka, tidak ada pedagang yang sembarangan membuka lapak diatas jalan. Apalagi pedagang Cluster basah, misalnya ikan, sayur dan daging..Jika dibuka sembarangan maka, yang didalam pasar mati, sementara dipinggir jalan hidup.
Sebenarnya, lokasi pasar Girian jika ditata akan mendorong peningkatan kapasitas pasar menjadi lebih berkualitas. Sebab, selain pasar tertua dikota. Bitung, pasar yang dibangun sejak 1920 tersebut, bisa menjadi objek wisata dengan pendekatan Market Tradisional.
Kami pedagang menolak. Jangan karena tidak mampu menata dan mengelola pasar sagerat lalu pedagang Girian jadi korban relokasi. Sejak 2013 sudah banyak pedagang jadi korban relokasi Girian Ke Sagerat. kemudian 2021 dan 2023 juga relokasi pasar mengakibatkan puluhan pedagang pusat kota kehilangan tempat usaha. Jangan terjadi itu pada kami “, Jelas Khalid.
ditata saja pasar Girian. Kami sudah berkali-kali sampaikan, bahkan dihadapan Perumda. Pasar Girian masih mampu menampung pedagang dibagian luar masuk ke dalam. Kemudian pasar Sagerat digairahkan saja. Makanya Pengelola pasar itu harus punya konsep, bukan hanya taunya menagih saja “, Ungkap Khalid Tegas.
Senada dengan Khalid, personil APPSI pasar Girian Lainnya Jhoni Katili juga tegas menolak Relokasi. Jhoni menilai pemikiran relokasi membuat trauma pedagang dan Stakeholder pasar Girian.
Sorryyyy yeeeee,,,, jangan bekeng Torang sengsara yg Ka dua kali gara gara upaya relokasi pasar Girian ke sagrat. Cari solusi laeng Jo for kase rame tu pasar sagerat. Deng stop Jo kwa mo sese usul ato mo cumu cumu tu pasar Girian musti mo relokasi”, Tegas Jhoni Katili dalam diskusi di salah satu FGD Kota Bitung.
Jhoni menambahkan, bahwa pedagang dan seluruh stakeholder pasar swasta tetap akan berjuang, agar pasar Girian dipertahankan keberadaannya. Jika dipaksa direlokasi, maka lanjut Jhoni jangan salahkan perlawanan akan terjadi, seperti yang dilakukan pada tahun 2013 lalu.
Sebelumnya, sejumlah pihak mewacanakan tindakan tegas relokasi pedagang Girian ke Pasar Sagerat oleh Pengelola dan pemerintah, dengan berbagai alasan.
Salah satu yang mengemuka adalah penataan pasar, yang dinilai sangat amburadul. Terutama para pedagang yang telah menempati jalan untuk berjualan. Disamping itu, menyinggung juga kondisi pasar sagerat yang sepi, dan tidak maksimal difungsikan sebagai pasar induk, sesuai kapasitas pembangunannya.